Jarak
Kubuka lembar demi lembar buku harianku.
Penuh dengan tulisan berwarna pink, penuh
nama yang sama, penuh kalimat yang menyiratkan semangat sekaligus kata-kata
romantis.
Aku sama sekali tidak menyadari bahwa sebanyak inilah halaman
yang mampu kulewati jika sudah menyangkut tentangmu.
Puluhan lembar, ribuan kata terhampar, dan
semua bermuara pada satu nama saja. Namamu.
Aku meringis.
Kemudian mulai membacanya ulang dan kembali terhanyut, sekaligus
bertanya-tanya. Terbahak, mengerutkan
kening, tak habis pikir dengan tingkah polahku sendiri.
Satu hal yang kusadari setelah aku membaca
habis catatan ini : aku pasti sangat menyukaimu saat itu. Entah, mungkin sampai
saat ini? Ah, bukan, aku malah hampir
memujamu, seperti aku memuja malam yang selalu memberikan berjuta inspirasi
bagiku.
Kau tahu Cassanova?
Berapa ratus ribu kata yang berhasil kutuliskan karenamu? Berapa cerita yang berhasil kutuliskan
mengenai dirimu? Berapa puisi yang
kugoreskan di buku harianku?
Aku membencimu.
Tidak, sebenarnya aku membenci diriku yang begitu dalam menoreh rasa. Namun, beberapa saat kemudian, aku melihat
punggung tegapmu berjalan menjauh, menuju kampung halamanmu di sebuah negeri di
timur laut sana.
Aku mendesis puas.
Aku mendesis puas.
Tinggalkan aku dalam jarak ribuan kilometer! Segera tinggalkan aku! Agar aku dapat melupakanmu!
Komentar
Posting Komentar