Jodoh untuk Barisan Sakit Hati
Salah
seorang temanku mengumumkan pernikahannya.
Sebenarnya tidak sampai membuat kami merasa bagaikan tersambar petir di siang bolong. Namun, cukup untuk membuatku menyemburkan es
lemon yang baru saja kutenggak ke arah Zu hingga membuatnya misuh-misuh.
“
Sorry, sorry Zu, nggak, gini loh, masalahnya kalau Eka gue gak heran sama
sekali, tapi Ruru..kok bisa tau-tau bulan April nikah?” aku mengelapi wajah Zu,
dengan tisu yang diberikan mbak-mbak petugas restoran saat memesan makanan tadi.
“
Kaget sih kaget Saa, gak usah nyembur dong!” protesnya.
“
Iya, maap, heu”
Pasalnya,
teman kita yang bernama Ruru adalah orang yang paling jarang galau soal
jodoh dibandingkan kami. Beliau ini datar. Jarang kutemukan berbunga-bunga soal pria. Tidak pernah sekalipun kulihat ia beramah
tamah ataupun tebar pesona dengan lelaki.
Namun, di dalam diamnya, rupanya ia menebarkan feromon yang tidak dapat
terbaca wanita, hingga membuat seorang lelaki mendekatinya bahkan berani meminangnya. Bravo.
Luar biasa. Rancak bana! Dan detik ini pula, kami, para sahabat Ruru,
menasbihkan diri sebagai barisan sakit hati.
Sambil
mengemil kentang goreng dan eskrim ,
kami berbincang mengenai rencana pernikahannya, gedung yang akan dipakainya
untuk resepsi, dan kapan undangan akan disebar.
Setelah itu, kami berenam berkeliling toko buku sebentar, kemudian
saling berpamitan pulang.
Aku tercenung sepanjang
jalan. Dua orang sahabatku sudah
menikah. Kapankah giliranku Tuhan?
Kurasa
pikiran galau gak juntrungan ini harus kuusir dengan blog walking. Maka sepanjang perjalanan dengan bis Transjakarta butut nan sepi penumpang ini, aku menghabiskan waktuku untuk membaca
tulisan di blog orang lain.
Ampun deh.
Ada apa sih dengan dunia. Dari
lima blog yang kubaca, tiga blog menulis tentang rencana pernikahan,
nasihat sebelum menikah, lalu soal jodoh.
Kuputuskan
membuka facebook, tapi yang kutemukan
di timeline malah foto-foto pernikahan seniorku , juga yeah….gebetanku di masa SMA. Pria itu tampak bahagia sekali menikahi
seorang wanita cantik yang juga merupakan teman sekelas kami di SMA.
Karena itu hanya akan membuat hatiku semakin
kacau, akhirnya aku pergi ke Instagram, namun malangnya aku malah mendapati
foto-foto bayi teman kuliahku, juga foto pre- wedding salah seorang temanku
yang berasal dari Vietnam.
Aku
menghela napas, resah. Mengalihkan pandangan dari ponselku, dan
meletakkannya dengan asal di dalam tas.
Seorang pria muda dengan kemeja bergaris biru melihat ke arahku. Mencuri pandang. Aku memastikan ke kanan kiriku kalau-kalau
dia mungkin tertarik dengan orang di sebelahku.
Akan tetapi yang duduk di sebelah kananku adalah seorang pria bertato,
sedangkan sebelah kiriku adalah seorang nenek-nenek bertopi. Apakah dia tertarik pada nenek-nenek bertopi
bunga-bunga di sebelahku? Atau
terinspirasi dan terkagum-kagum oleh pria bertato di sebelah kananku? Tidak, dia sedang memandangku, kan? Apakah ini jodohku? Apakah setelah pria bertato ini turun, pria
muda berkemeja itu akan duduk di sebelahku?
Aku
tertawa kecil. Menertawakan diriku
sendiri yang terlalu kreatif berkhayal.
Bukankah jodoh adalah suatu hal yang sudah digariskan Tuhan, bahkan
sebelum kita lahir? Rezeki yang tidak
akan tertukar, yang masih disimpan dan dipersiapkan oleh sang Pencipta untuk
kita. Mungkin saat ini, pria yang
ditakdirkan untukku sedang menuntut ilmu sampai ke negeri cina, atau mungkin
sedang berkelana mencariku jauh-jauh sampai ke Jepang, di tengah pencariannya
dia putus asa lalu pulang ke Indonesia, dan menjemputku di saat yang tepat.
Ah. Kita
tidak pernah tahu bagaimana kisah kita mengalir. Skenario Tuhan tentunya jauh lebih kreatif dan tidak
terduga ketimbang skenario rekaan kita yang biasanya hanya menyadur dari FTV
pagi, atau drama korea dua puluh episode.
Tunggu
saja sampai waktu yang tepat itu datang.
Nikmati saja episode yang sudah dirangkai sempurna dalam hidup kita. Toh, mengenai episode yang masih kurang itu, sudah diatur oleh Maha
pembuat skenario kehidupan, lalu diperlihatkan pada kita di saat yang tepat
untuk memberikan kejutan yang tidak pernah kita sangka.
Wahai
diriku. Balaslah tersenyum apabila ada
yang tersenyum padamu, tanpa berharap. Lalu, berucaplah terima kasih pada seorang
pemuda yang mengembalikan sapu tanganmu yang terjatuh, tanpa berprasangka.
Suatu
hari akan datang pangeran untuk barisan pengiring Ruru yang sakit hati ini.
Aku
tersadar dari lamunanku. Dan, saat pria
bertato itu beranjak dari tempat duduknya menuju pintu bis untuk turun di
shelter Mampang, pria muda berkemeja yang duduk di seberangku itu tersenyum
padaku. Setelah celingak-celinguk memastikan siapa
yang jadi sasaran senyumannya, aku kemudian membalasnya dengan senyuman terbaik
yang kupunya.
Saa, sebegitu sukanya kah kau pada birthday fic dari saya sampe-sampe cerita tentang cowok aneh di bus? Lol.
BalasHapusIya ru suka bingits tapi kayaknya jodoh gw bukan dapet dr bis deh
HapusJudulnya.... hehehe
BalasHapusAda apa dgn judulna??hhaha mewakili perasaan kamu ya?wkwk
Hapussiapa tau pria bertato itu adalah jodohmu saaaa... :-)))
BalasHapusAstaga zhaaaa! Uda gtu tatto nya teddy bear pulak..
HapusGak mungkin kan besokannya naik angkot ke pasar pondok labu, rupanya di angkotnya ada pria tatoan itu juga..trus dia nyapa gue, ternyata dia inget bahwa gue orang yang kemarin duduk disebelahnya..serem gelak.
Seperti biasa ya, imajinasi lo bikin gue ngakak2 di sini Saa :D terutama pas bagian nenek-nenek dan pria bertato itu xDD Gue merasa ada yang salah dengan cerita ini. Hahahahaha
BalasHapusAtau...emang bisa jadi gue geer Na..ternyata abang2 berkemeja biru itu senyam senyum karena sedang berimajinasi sesuatu tentang pria tatoan yang barusan turun itu..
HapusAstaga, dunia.
Aku takut....
Saa, jd inget dulu pas kerja sering merhatiin org2 di tijeh. Teruskan observasi di tije! Beneran bisa aja dapet jodoh lhooo.. hehe
BalasHapusBaaah dulu aku jaman kuliah mi, selalu merhatiin orang2 di TJ.. sempet gebet mas2 chinese model felix siauw stlh tau dia muslim*coz dia nelpon maminya pake salam di depan guweh, dan dia bilang lagi puasa yg awalnya gw pikir puasa cari kekayaan, suuzon bgt emang*..aq berharap di hari berikutnya bertemu dia kembali, entah di angkot entah di TJ, dan sampe detik ini di masa baswe ga terima tiket ketengan, aku tetep blum ketemu dia lagi *lah, ko curhat geneh*.. mas..mas kalo baca blog akoh call me ya..*dijitak*
Hapusskrg aku uda ga naik TJ mi.sejak kerja di cibitung..aku naiknya agra...kurang kece mah penumpang agra untuk digebet...........serem
Halo Mba, salam kenal. Saya juga dari dua minggu lalu jadi BSHnya temen liqo yang nikah. Dia yang pertama nikah di lingkaran kami dan mendadak pula. Daaan, sama banget sama mba Ruru di sini, dia juga kalem dan ga pernah galau soal jodoh.
BalasHapusIni ceritanya seru dan kocak! Istilah anak mudanya, gue banget! Hehe, salam kenal yaa