Chemistry (baca: kemistri)

Chemistry secara harfiah berarti kimia. Namun, kali ini saya bukan bermaksud untuk membahas tentang teori ikatan atom, saya juga tidak akan membicarakan soal rumus ataupun reaksi senyawa-senyawa gas. Chemistry yang akan saya bahas kali ini adalah soal hubungan ikatan sosial sesama manusia.

Kita tentunya sering mendengar,

“ Gue gak ada kemistri sama dia”-> biasanya lagi ke curhat ke temen soal pacar, atau orang yang lagi pedekate.

“ Kamu baik, cakep, pinter lagi, tapi kita gak punya kemistri satu sama lain, maaf ya”-> intinya nolak.

“ Akuh ngerasa akuh tuh ama dia klop banget kemistrinya”-> ini ceritanya kegeeran sepihak.

Entah sejak kapan kata “Chemistry” dengan arti yang berbeda seperti ini mulai populer digunakan, baik di barat ataupun di Indonesia.

Ya, akan tetapi, memang kata tersebut kebanyakan dikaitkan dalam hal percintaan. Padahal menurut Wikipedia, tidak hanya ruang lingkup percintaan ataupun ketertarikan secara seksual saja, tapi bisa lebih luas lagi cakupannya.

Baiklah, mari kita bicara soal cakupan yang luas itu. Hubungan sosial.

Saya ambil dari Wikipedia yang menjabarkan bahwa beberapa komponen inti dari chemistry adalah: “Tidak berprasangka, kemiripan, misteri, ketertarikan, kepercayaan satu sama lain, dan komunikasi yang tidak memaksakan.

Dan…, percayakah kalian, bahwa pada ikatan sosial yang kita jalin dalam hidup kita, pasti ada satu atau dua orang (atau mungkin lebih) yang ditakdirkan untuk tidak memiliki chemistry dengan kita..(atau sebaliknya kita ditakdirkan gak punya kemistri terhadap dia), seberapa pun kita berusaha.

Tapi ini kurang tau sih apakah orang lain juga mengalami hal serupa? Setidaknya saya benar-benar mengalami hal ini.

Misalnya, dalam hubungan pertemanan, pasti ada satu atau dua orang yang gak nyambung sama kita, atau kita gak nyambung sama dia. Mulai dari selera humor, saat dia melucu saya nggak ngerti letak lucunya dimana (atau mungkin memang saya yang tidak punya selera humor yang bagus), kemudian pola pikir yang jauh berbeda, dan hal tersebut tidak dapat kita toleransi. Bener-bener beda, sampai menimbulkan pikiran, kalau bisa… saya tidak perlu terlibat atau bergaul dengan dia.

Kita pasti seringkali melihat sekelompok anak cewek yang bergerombol, ketawa-ketiwi, teriak-teriak, cekakakan dan heboh dengan sesuatu hal yang dibicarakan, tapi saat kita amati: apa sih yang mereka bicarakan sampai mereka segeli itu, atau saat kita mencoba terlibat langsung dengan mereka, ternyata malah membuat kita berpikir….”well, ok, sebaiknya aku keluar dari sini”.

Mungkin! Mungkin itu yang kadang dipikirkan oleh pekerja lain, saat saya dan tim-tim sekretaris ketawa-tawa geli saat berkhayal soal staff Jepang kami.

Sama seperti saya dan tim sekretaris yang bener-bener gak bisa ngerti dimana letak lucunya saat mereka membicarakan soal kue cucur kurang garam (emang bukan cerita lucu sih ini mah).

Dalam hubungan kantor juga, ada atasan yang kita rasa susah sekali untuk membangun kemistri dengannya. Seberapapun kita berusaha.

Atau, dalam hal asmara, mungkin ada seseorang yang sebenarnya kalian suka, namun kalian tidak nyaman berada di dekatnya, sehingga komunikasi tidak berjalan dengan baik, dan kalian menjadi tidak mengerti apa yang dia inginkan.

Menurut Kelly Campbell,Ph.D, seorang profesor psikologi Universitas California, ia mengatakan bahwa tidak semua orang mengalami chemistry. Beliau juga menegaskan bahwa “Chemistry seringkali terjadi diantara orang yang rendah hati dan bijaksana”. Ini karena jika seseorang merasa nyaman dengan dirinya sendiri, maka mereka bisa lebih mengeskpresikan diri mereka yang sesungguhnya kepada dunia, dan itu mempermudah kita untuk dapat saling mengerti.

Mungkin pada saat saya merasa saya tidak punya kemistri dengan atasan saya, maka mungkin saya bukanlah orang yang bijaksana menyikapi perilakunya.

Jadi, kadang saya berpikir, seberapa pun kita berusaha, akan ada seseorang yang tidak mengerti bagaimana cara kita berpikir, apa maksud lelucon kita, apa yang kita inginkan, dan kita pun merasakan hal sebaliknya pada orang tersebut.

Untuk orang-orang seperti itu, saya memilih cara segregasi, yaitu memisahkan diri untuk menghindari konflik. Tapi sejujurnya, saya sebenarnya ingin bertanya apakah ada cara yang lebih baik dari ini?

Guys, yang perlu kita sadari adalah, kita perlu tahu bahwa kita tidak dapat membuat semua orang menyukai kita. Namun, setidaknya, dalam bermasyarakat kita perlu melakukan yang terbaik yang bisa kita berikan.
Dan selama kita mengikuti norma sosial, mengikuti koridor agama, juga menjaga norma kesopanan, tentunya tidak akan ada masalah.

Kita mungkin tidak dapat memaksa mereka untuk menyukai kita, namun tetaplah menjadi pribadi yang menyenangkan.

Komentar

  1. Mungkin ga kita ga ada kemistri sm ibu kita sendiri?
    setiap gagasan ibu selalu bertolak belakang dengan anaknya... Seberapa keras sang anak untuk mencoba mengerti n menggali maksudnya tp sekeras itu jg terjadi penolakan dlm hati si anak saat ia tahu maksud ibunya.
    :D
    nice pos mba saa

    salam owop :)

    BalasHapus
  2. waduh, kalo itu kurang tau deh, mba. mungkin itu lebih ke 'ego' kali ya..sama2 ga mau ngalah haha..kalau hubungan dengan ortu ada baiknya terkadang kita mengalah dengan maksud menyenangkan mereka, kecuali hal2 yang sifatnya fundamental, ataupun yang ga mungkin ditolerir...
    tapi mungkin bukan berarti ga ada kemistri.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer