Arashiyama, bersamamu. (Flash Fic)
Semilir angin bertiup lembut, membuat anak rambut Shinji
sedikit bergerak. Ia menatap datar beratus-ratus
batang pohon bambu di sekitarnya. Kurus
dan tinggi, serupa dengan dirinya. Di jalur ini, sepasang anak muda yang
terlihat bergandengan berjalan mendahuluinya.
Untuk kesekian kalinya Shinji menghela napas. Pertama kali sejak sepuluh tahun yang
lalu. Hutan bambu Arashiyama.
“Kau ingat? Kita pernah melewati jalur ini, dua bulan
sebelum persalinanmu” Shinji tampak gelisah, menghentakkan kakinya, dan
berjalan lebih cepat dari sebelumnya.
Ia kemudian membuka bungkus rokoknya, kemudian mengeluarkan isinya dengan
gerakan cepat. Hari ini ia berulang
tahun ke empat puluh. Tak ada pesta
kejutan, juga ucapan selamat dari keluarga maupun kawan. Hanya kenangan pahit, rasa bersalah, dan
kehilangan yang terus menggelayut di benaknya, menggerogoti serta melumpuhkan
sebagian dirinya. Ia menghisap dalam rokoknya, kemudian mengepulkan asapnya
pada udara.
“Kau tersenyum riang seperti biasa, berkata bahwa anak kita kelak
pasti sepandai diriku”
“Maafkan aku, Namiko” Bibirnya sedikit gemetar mengucapkan
kata maaf. Ia telah mengucapkan kata itu
berkali-kali sejak hampir sepuluh tahun yang lalu, namun masih saja ia merasa
canggung dan pedih.
“Maafkan, aku terlambat datang saat itu. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaan saat itu. Persetan dengan tugas, persetan dengan
presentasi pengangkatan. Aku tak dapat
membedakan mana yang lebih berharga” Ia mengeluh, rasa penyesalan yang mendalam mengemuka dari
tatapan matanya yang tampak terluka. Ia
insyaf bahwa sifat ambisiusnya semasa muda hanya berbuah petaka dan kesedihan
dalam hidupnya. Namun, wanita yang
namanya meluncur keluar dari mulutnya tadi, tidak kunjung menyahut, apalagi menanggapi
permohonan maafnya.
Seekor kupu-kupu anggun berwarna putih terbang mendekatinya.
“Bagaimanakah kabarmu kini?
Juga anak kita?” Shinji bertanya,
menengadah menatap langit, mahfum takkan ada jawaban yang ia dapat peroleh. Hanya ingin menenangkan batin, dan membebaskan
rindu.
Kupu-kupu putih itu terus terbang mengelilinginya, seolah
ingin berbagi rindu dan mengatakan bahwa maafnya diterima, bahwa semuanya
baik-baik saja. Shinji menatap lembut
kupu-kupu cantik yang masih terbang rendah di sisinya itu.
“Aku rindu” Ia kemudian tersenyum, mencoba memaafkan diri,
dan menerima takdir. Kupu-kupu putih itu
kemudian terbang menjauh dengan ringan, seiring dengan perasaan Shinji yang
juga menjadi lebih ringan dari sebelum-sebelumnya.
Bagus, Saa.
BalasHapusTapi ya kok gue melihat bayang-bayang si Ta---nabe? Hih. Bisa ngga sih lo deskripsiin cowo nggausah menjulang tinggi dan dingin begitu? Malas deh kalo deskripsiin karakter lo kaya gitu mulu...
*buang si Anu ke bak mandi xD
Gue justru sama sekali gak ngebayangin diaaaa, ta******* itu gak kurus kayak puun bambu, dia semok menjulang namun kokoh seperti pohon beringin*pembicaraan tdk senonoh
Hapus