What the?

Sore. Menjelang kuliah bungaku(kesusastraan).

Ketika saya main ke kontrakan teman, terjadi peristiwa yang......yang apa yah?
saya bingung mengungkapkannya.
Ok. Saya mulai cerita aja.

Waktu itu, saya pergi ke kontrakan teman saya. Ketika sampai di depan rumah itu, ada teman saya lainnya, Nur, yang sedang menelepon sang penghuni kosan-Yuri. karena ternyata sang penghuni kosan/kontrakan itu sedang gak ada di sana.

Untungnya saya bawa kunci duplikat sehingga kita bisa masuk ke dalam.
Mengenai kenapa saya punya kunci duplikat, itu ga penting.heuheu

Ok. setelah kita masuk ke dalam dan meng-edit tugas bungaku, kami solat.
Saya menyuruh teman saya untuk pergi duluan ke warnet, mem-print tugas.

Setelah saya selesai, saya keluar lalu mengunci kontrakan itu dan siap untuk menyusul teman saya di warnet.
Tapi tiba-tiba...

"buka, buka" sebuah suara mengusik saya. Setelah saya tajamkan pendengaran saya..
Oh, ternyata itu suara dari pemilik kontrakan(yang sudah lanjut usia) yang tinggal di sebelah kontrakan yang dihuni teman saya. Sang kakek berbicara dari dalam rumahnya yang berada tepat di sebelah kontrakan. Dari kaca jendela samping rumahnya, dari gorden tipis itu saya bisa melihat dia berdiri ringkih, berteriak sesuatu.

" Ada apa, pak? iya ini kontrakannya tadi udah berhasil saya buka, sekarang udah saya kunci, saya mau balik ke kampus"jawab saya.

" Buka..buka"kata dia lagi. Hhh..menghadapi orang lanjut usia jauh lebih melelahkan daripada menghadapi bocah berumur 2 tahun.

"Iya, pak. tadi sudah berhasil saya buka, saya bawa kunci duplikat"saya ga mudeng dengan kata-kata 'buka' dari si kakek tadi.

" Ini buka kuncinya, buka, di sini" kata kakek dari dalam rumah, sepertinya ia pergi ke jendela depan dan mengetok-ngetok kaca jendela rumahnya dengan sesuatu.

"hah?"saya pergi ke depan rumah si kakek itu.
" Ada apa, pak?"tanya saya. Hadeuh ribed ini. Nur menunggu saya di warnet. Bentar lagi kuliah pula.

" ini, buka" Si kakek memperlihatkan sebuah kunci, dan seperti hendak memberikan kepada saya dari dalam, dia mengetok-ngetok kunci itu ke jendela. Jendela itu tidak bisa dibuka, juga tidak memiliki celah. Pikiran saya buntu. Apa maksudnya. OHMAIGAT.

" Bapak terkunci?"tanya saya.
"iya"katanya dengan suara pelan yang nyaris tidak kedengaran.
Tapi, dia megang kunci, apa dia ga bisa buka pintu? Tapi kenapa dia bisa mengunci kalo ga bisa buka.

" Bapak mau ngapain?" tanya saya mulai stress. Saya berusaha berpikir. Dia ga bisa buka pintu mungkin, syaraf motoriknya sudah terlalu lemah. Tapi kenapa dia bisa terkunci, sih?!

Halah,peduli amat. Saya berusaha mencari celah dari pintu bagian atas. Ketemu. Kasa ventilasi pintunya bolong, dan saya bisa memasukkan tangan saya dari situ.
" Pak, sini kasih kuncinya ke saya, nih ke tangan saya, di atas pintu, pak, bapak lihat?" Kakek itu tetap konsentrasi ke lubang kunci. Sama sekali ga mudeng dengan apa yang saya bilang. Atau saya yang ga mudeng dengan ucapan dia?

" ini loh, pak, tangan saya nih, nih, di atas pintu, ventilasi pintu, pak..."saya mengetuk-ngetuk bagian dalam pintu itu, agar dia bisa menyadari kalau ada tangan saya yang masuk dari ventilasi. Tapi dia bisa tetap tidak mengerti.

" ini mau buka" kata dia lagi. Arrrrrrggggh....saya jadi ingat iklan kitkat.
Kakek: Edi?
Saya: Echi
Kakek: Egi?
Saya: C, C, Charlie!
Kakek: oh charlie..ko suaranya kayak perempuan.

Saya tersadar dari lamunan saya, dan kembali fokus pada misi penyelamatan. Tapi, setelah saya cukup lama mencoba berkomunikasi, dan si kakek tidak kunjung mengerti. Akhirnya saya menyerah. Kuliah sudah mulai, dan teman saya, Nur, juga pasti sudah menunggu saya lama.

Tadinya saya pingin ninggalin beliau gitu aja. hihihihi...
" udah ya, pak, dadah, saya mau kuliah".
Tapi saya takut beliau kenapa-kenapa. Saya akan merasa berdosa seumur hidup.

Akhirnya saya memanggil tetangganya. Seorang cowok yang membawa sepiring nasi, hendak makan di depan rumahnya.

" Pak, eh, om, eh mas, itu loh Pak Udja, Mirdja, siapapun deh, pokonya yang punya kontrakan itu kekunci di dalam kayaknya. Tadi saya udah berusaha nolongin, tapi dia ga ngerti, suaranya dia juga ga jelas mas" Mas itu langsung meletakkan piringnya di meja.
Heuheu..maap yah, udah ganggu momen makannya.

" duh, mas, saya ada kuliah nih, aduh gimana ya, saya pergi dulu yah"saya langsung ngacir ke warnet tempat teman saya nge-print.

Misi penyelamatan: gagal?..yah pokoknya saya serahkan sama pahlawan baru tadi. Semoga sukses.

Dari peristiwa ini, saya menyadari, kenapa saya gak pernah berdoa atau minta didoain panjang umur.

Gimana yah, nasip pak Uja, eh pak Mirdja, sore itu?

Komentar

Postingan Populer