Insyaf ya, Pak.

Hujan yang sudah lama tidak turun akhirnya tumpah mengguyur bumi Cikarang, dan menimbulkan aroma tanah dan debu basah di salah satu kawasan industri kota ini.
Barisan demonstran perlahan membubarkan diri, pulang ke rumah masing-masing setelah meneriakkan tuntutan-tuntutan mereka yang agak terdengar irasional, dan setelah beberapa orang di antara mereka jadi korban kekerasan preman liar bayaran.
Kawasan industri yang tadinya cukup ramai dengan massa itu mendadak jadi sepi.  Namun, saya lihat sekitar dua puluh orang lebih polisi masih berjaga-jaga di daerah situ, saat saya hendak pulang naik ojek sampai lampu merah untuk menunggu bis ke arah Jakarta.
Yang hendak saya soroti bukan masalah demo yang sempat membuat saya tidak produktif kerja karena harus mengikuti kemauan mereka untuk mogok, yang membuat saya agak uring-uringan karena membuat agak repot dan tugas saya terbengkalai.
Bukan itu, melainkan masalah sampah!  Sampah-sampah yang berserakan di bawah bis aparatur kepolisian yang sedang berjaga di sana.
Saat saya sedang memperkirakan siapa pelaku yang berbuat hal paling tidak intelek di dunia -buang sampah sembarangan-, saat itu juga saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, seorang aparat kepolisian membuang bungkus rokoknya dari dalam jendela bis yang sedang diam itu.
Shit maaan. Saat itu saya ingin sekali memotret atau mengambil videonya, namun ojek yang saya tumpangi ngebut sehingga saya tidak sempat berbuat apa-apa, selain mengumpat 'aparatur negara kok *****!' dan jujur saya agak lega karena mereka tidak mendengarnya.
Saya tidak bermaksud mengeneralisasikan karakter aparat negara, sama sekali tidak. Tapi maksud saya, bukankah kita sebagai individu, sebagai manusia, sebagai orang dewasa, apalagi seseorang yang harusnya menjadi panutan masyarakat, tidak seharusnya melakukan hal yang jelek dan tidak pantas dicontoh?
Yah, bagaimana mau melindungi negerinya, atau bangsanya jika menjaga kebersihan lingkungan saja tidak sanggup?
Insap ya, Pak..

Komentar

Postingan Populer