Pesona Osaka: Keramahan yang Menghangatkan Hati



Sekian lamaaa saya absen menulis blog, saya jadi merasa kasian sama bloggy yg lama ga diurus ini, makanya hari ini saya mau posting ttg pengalaman saya di negeri sakura(meski mungkin uda basi krn uda bbrp bulan lewat).

Selama sebulan, saya dan kelima teman saya, memiliki kesempatan selama empat minggu sebagai perwakilan dari Universitas Negeri Jakarta untuk belajar bahasa Jepang, memperdalam budaya di institusi Japan Foundation, Osaka, Jepang, melalui program beasiswa Jenesys Higashi Ajia Nihongo Idou Kouza Program. Program yang diadakan oleh Japan Foundation ini berlangsung dari tanggal 21 Juli hingga tanggal 19 Agustus 2011.


Sebelum saya pergi, ada beberapa hal yang saya khawatirkan, antara lain kemampuan bahasa Jepang saya yang pas-pasan, peraturan di Jepang yang disiplin dan super ketat serta karakteristik orang Jepang yang seringkali dikatakan tidak ramah dan dingin.

Namun, semua itu terjawab ketika saya menginjakkan kaki di sebuah kota besar nan cantik, Osaka. Saat saya dan teman-teman saya tiba di Jepang, kegiatan pertama yang kami lakukan adalah berkumpul untuk ice break dan perkenalan dengan peserta dari berbagai negara lain serta persiapan untuk kegiatan Osaka Orienteering yang akan diadakan keesokan harinya. Osaka orienteering adalah kegiatan dimana semua peserta program ini (38 peserta) dibagi menjadi sekitar 9 kelompok untuk berkeliling Osaka dengan dimodali tiket kereta yang dapat dipakai seharian secara gratis, dan masing-masing kelompok itu memiliki rute perjalanan yang berbeda-beda. Banyak sekali yang kita dapatkan dari satu hari yang melelahkan itu. Bertanya arah, mengenal karakteristik orang-orang Osaka, cara naik kereta, manner orang Jepang di kereta, makanan khas, tempat wisata dan sebagainya.

Saya terkejut, bahwa ternyata orang Osaka sangat berbeda dengan image orang Jepang yang saya pikirkan sebelumnya. Orang Osaka sangat humoris, humanis, ramah dan santai. Ketika saya dan ketiga teman saya yang berasal dari negara asia tenggara lainnya tampak kebingungan membaca peta seorang pemuda mendekati kami dan bertanya apakah kami tersesat, atau membutuhkan bantuan, dan ia mencoba menjelaskan dengan bahasa Inggris agar kami mengerti. Kemudian ketika kami turun di stasiun Sumiyoshitaisha, seorang nenek menghampiri kami dan menanyakan apakah lift yang berada di dekat situ berfungsi apa tidak, dan karena ada tanda peringatannya, saya sampaikan bahwa lift itu tidak boleh digunakan. Tanpa diduga percakapan singkat tersebut berlanjut ke obrolan hangat dan candaan ringan, kemudian nenek itu dengan baik hatinya menunjukkan kami arah menuju kuil Sumiyoshitaisha.

Berhubung saya buta arah, saya tidak mau ambil resiko, karenanya seringkali saya bertanya mengenai arah pada orang-orang yang lewat di dekat saya. Dan mereka semua menjawab dengan sangat ramah dan baik. Bahkan ada seorang kakak perempuan yang sampai membrowsing map online dari smartphonenya untuk menjelaskan arah pada saya.

Saya juga pernah bertanya pada seorang ibu yang merupakan penduduk di dekat asrama, mengenai letak kuil yang paling dekat. Meskipun di sela kesibukannya (karena itu merupakan jam kerja), ibu itu dengan senang hati bersedia mengantarkan saya dengan sepedanya sampai depan kuil yang dimaksud. Betapa hangatnya!

Kemudian, saat saya ke pantai rinkuu town bersama teman-teman saya. Segerombol anak SMP yang sedang bersepeda melambaikan tangannya seraya berteriak “ Halo!~”.

Osaka patut direkomendasikan bagi Anda yang ingin berwisata ke Jepang, dan merupakan kota yang sangat tepat bagi Anda yang ingin belajar budaya dan bahasa Jepang. Osaka adalah kota yang indah dengan penduduk yang ramah. Saya benar-benar bersyukur bisa mengikuti program Jenesys ini, karena berkat program ini, wawasan kami mengenai Jepang semakin luas, kesempatan untuk berada di sana selama empat minggu juga telah mengembalikan semangat kami untuk terus, terus, dan terus belajar bahasa Jepang. Terima kasih, Japan Foundation! Terima kasih, Jepang!

Dan untuk masyarakat Osaka, OOKINI~<3!

Komentar

Postingan Populer