Dulu Kita Pernah Bersama.

Aku tidak mengerti, ibu jadi ketus padaku sejak kemarin. Dia terus meringis marah saat aku berupaya mencium pipinya atau saat ingin mencium aromanya, bahkan saat sekedar mendekat.
Lagi-lagi ia menepiskan tangan padaku, hampir saja cakarnya mengenai kepalaku.

Ugh. Aku haus.

Aku hanya anak kucing biasa berumur empat bulan yang masih membutuhkan ibuku. Kenapa sih ibu jadi galak sekali, padahal dua hari yang lalu ia masih baik padaku.

Aku terbiasa bermain dengan ibuku. Bermain-main dengan ekornya, menggigitnya manja, menjilati wajahnya. Meskipun kutahu kadang aku bertindak keterlaluan saat bercanda, ibu tak pernah sekalipun marah.

Aku anak tunggal, karena itu ibu sangat memanjakanku. Awalnya aku punya dua saudara. Yang satu belang tiga, yang satu lagi warnanya mirip denganku, coklat bata.

Si belang tiga mati setelah terjepit pintu di rumah kosong yang masih belum jadi, sementara saudaraku yang satu lagi dibuang oleh seorang bapak botak jahat.
 
Ibu sedih sekali saat tau anak-anaknya hilang. Untuk itu beberapa saat setelahnya ia mencurahkan kasih sayangnya padaku.

Tapi kali ini berbeda. Bahkan menoleh padaku pun tidak.

"Romeo, ayo makan. Kamu kok gak mau makan sama sekali, sih." Suara majikanku terdengar cemas.
Itu suara ibu Umi, ibu dari kak Sarah yang mengadopsiku saat melihat aku mengeong-ngeong panik mencari keberadaan ibu. Kak Sarah histeris bahagia saat melihatku pertama kali. Itu adalah tiga bulan yang lalu.

Awalnya keluarga majikanku tidak menyukaiku. Ibu Umi panik saat kak Sarah menemukanku, karena menurutnya akan sangat merepotkan.

Tapi, kak Sarah yang keras kepala tetap mengadopsiku. Untungnya, ayah kak Sarah, bapak Santoso, orang yang cukup menyukai kucing. Pada akhirnya, bu Umi pun ikut kasihan dengan keberadaanku dan ibu. Kami mengandalkan mereka dalam hal makanan.

Namun, kali ini aku tidak punya nafsu makan. Aku ingin menyusu pada ibu. Aku haus. Aku ingin bermain dengannya. Aku rindu tidur di atas badan ibu. Aku rindu jilatannya.

Kak Sarah tampak galau saat melihatku tak mau menyentuh makanan sama sekali. Samar-samar kudengar dia berkata pada ibunya ingin membawaku ke dokter hewan katanya.
 
Dokter hewan? Apa pula itu. Bukan orang jahat, kan ya?

Aku kabur, masuk ke kotak semen yang digeletakkan terbalik di depan rumah yang sedang dibangun.
Tinggalkan aku. Aku hanya ingin sendiri. Menjauh dari matahari. 

Dari dalam celah kotak semen ini, aku bisa melihat sosok ibuku yang berjalan melewatiku acuh.
Ibu, dulu kita pernah bersama.
-------------



Romeo anak kucing beranjak dewasa yang baru saja selesai masa galau habis disapih sang ibu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer